Sebagian
siswa SMP tidak mau diajari Internet, setelah di tanya gurunya, anak tersebut
tidak boleh belajar Intenet oleh orang tuanya. Sehingga anak tersebut malahan
menjadi bulan-bulanan temannya, karena siswa itu dianggap Gaptek (gagap teknologi)
dan kurang gaul.
Seorang
guru IPA disalah satu SMP di Kabupaten Klaten, melarang guru komputer yang akan
mengajari siswanya untuk belajar Internet. Maklum guru tersebut tidak kenal
komputer apalagi Internet. Setelah diberi penjelasan, guru IPA tersebut tidak
melarang lagi. Setelah mengetahui tentang Internet, guru IPA tersebut menyuruh
istrinya untuk belajar Internet.
Kepala Sekolah
di salah satu SMP di Kabupaten Klaten, melarang siswanya belajar Internet.
Kepala Sekolah itu merasa kawatir, kalau siswanya mengakses Internet.
Kekawatiran itu akibat ketidaktahuan tentang dunia Internet. Setelah Kepala
Sekolah tersebut diajari Internet, akhirya memberikan izin siswanya untuk
belajar Internet.
Bagi
sebagian masyarakat desa, Internet adalah sesuatu yang jorok, porno, saru
bahkan bisa dibilang Internet itu menyesatkan. Pendapat ini didapat berdasarkan
hasil survey di masyarakat pedesaan. Sehingga mereka melarang anaknya belajar
Internet, apalagi pergi ke Warnet. Akhirnya anak-anak pergi ke Warnet dengan cara
sembunyi-sembunyi.
Tak ada
yang bisa menghalangi pesatnya kemajuan Teknologi Informasi dalam kehidupan
kita. Abad teknologi informasi telah merambah dalam segala aspek pergaulan,
bahkan sudah masuk kedalam pos ronda di kampung-kampung Indonesia. Hingga di sebagian
masyarakat merasa kawatir dengan kehadiran Internet ini. Memang perlu di
apresiasi kekawatiran itu, karena berbagai pemberitaan media masa yang selalu
mempublikasikan kejadian-kejadian negatif. Seperti siswa-siswi melakukan
hal-hal yang tidak senonoh di Warnet (Warung Internet), perjudian, chatting
negatif dan sampai pada tindakan prostitusi lewat Internet.
Fenomena kekawatiran
masyarakat tersebut cukup beralasan, karena Bangsa Indonesia termasuk urutan ke 5
terbanyak di dunia dan urutan ke 2 di Asia sebagai pengakses situs porno.
Internet
bisa di akses lewat jaringan kabel telephon atau tanpa kabel seperti Hot Spot
dan HP (Hand Phone). Orang bisa mencari apa saja dan melakukan apa saja, baik
itu mencari buku, diskusi, belanja barang, promosi, konsultasi kesehatan dan
lain sebagainya kecuali di suruh mencari ayam tetangga yang hilang. Bagi mereka
yang ingin berbuat negatif, lewat Internet pun bisa dilakukan. Warnet yang pada
umumnya disediakan ruang/bilik tertutup, memungkinkan pengguna warnet bebas
berbuat apa saja tanpa ada pihak lain yang tahu.
Seberapa
besar Warnet membahayakan pelajar…?
Pada
dasarnya HP lebih berbahaya dari pada Warnet. Kalau Warnet berada di suatu
tempat tertentu yang banyak orang dan ada penjaganya, sementara HP fungsinya
juga bisa untuk mengakses Internet dan bisa dibawa kemana-mana. Bahkan HP bisa
dibawa bersembunyi di kamar, WC, Kebun dan dimana saja.
Untuk
menghindari pelajar mengakses situs-situs negatif, dengan cara pembinaan
mental. Sehingga ketika pelajar mengkases Internet, mereka menempatkan diri
pada posisi dimana, tergantung dari modal mental masing-masing individu. Bagi
pelajar yang bermental baik, dipastikan tidak akan mengakses situs-situs porno,
tetapi pelajar yang bermental jelek, biasanya ke Warnet hanya akan mengakses
situs porno. Jadi, kontrol dan kendali Teknologi Informasi dan Komunikasi ini
ada pada si penggunanya, bukan ditangan si pencipta.
Maka perlu
dibangun benteng pertahanan sejak dini, agar
para pelajar terhindar dari virus yang merusak mental. Benteng
pertahanan yang paling kuat adalah mental masing-masing individu. Dimana mental
tersebut dibangun dari dalam keluarganya. Lingkungan keluarga adalah tempat dan waktu yang paling
leluasa untuk membina mental. Pelajar yang tak pernah mendapatkan pembinaan
mental dengan baik, tentu saja tidak bisa berinteraksi sosial dan hanya akan membuat keresahan di
masyarakat.
0 Comments