Dua bulan sebelum PPD (Penerimaan Peserta Didik),
ada tamu perempuan dengan mobil mewah masuk ke suatu sekolah. Entah apa
maksudnya, tamu tersebut ingin ketemu kepala sekolah. Melihat penempilannya,
perempuan tersebut adalah seorang pedagang yang akan menawarkan dagangannya.
Satu bulan sebelum PPDB, datanglah mobil boks dan
menurunkan ratusan potong seragam siswa. Belum dilakukan penerimaan siswa baru,
distributor kain sudah berani mengirim kain seragam sementara pihak sekolah
berani menerima karena jumlah siswa baru yang akan diterima sudah jelas
jumlahnya dan semua siswa baru diharuskan membeli seragam tersebut.
Sekolah tempat berwira usaha…
Wira usaha yang dijalankan oleh oknum sekolah
tersebut sudah menjadi tren di Indonesia.
Perdagangan model ini, tidak mengenal rugi karena kain seragam yang dijual
lebih mahal dibanding kain yang dijual di took-toko terdekat. Kain seragam yang
disediakan pasti terjual habis, karena persediaan bahan sudah disesuaikan
dengan jumlah siswa yang harus membeli.
Siapa yang dirugikan…?
Yang dirugikan adalah pihak siswa harus membayar
mahal dan tidak boleh menawar, pedagang pasar dibuat dagangannya menjadi tak
laku dan harus bayar pajak. Guru-guru dipaksa mengorbankan harga diri untuk
membantu menjualkan dagangan yang tidak
ada hubungannya dengan pelajaran
disekolah. Guru-guru sudah membantu menjualkan tetapi tidak diberi imbalan yang
sesuai. Imag jelek bahwa siswa menganggap
guru mengajar sambil berbisnis, imag negative dimasyarakat bahwa lembaga
pendidikan menjual barang dengan paksa.
Siapa yang diuntungkan…?
Sudah pasti yang diuntungkan adalah pedagang
tersebut karena dalam penjualan tanpa butuh tenaga kerja, tanpa kena pajak,
tanpa butuh ruang atau toko etalase, untungnya besar dan yang pasti semua dagangan akan terjual
habis, (Suara Merdeka, 1 Juli 2009).
Segelintir oknum di sekolah tersebut tentu juga
menikmati keuntungan bisnis ini. Namun keuntungan itu bukanlah membuat proses
belajar mengajar menjadi lebih baik, karena lembaga pendidikan tidak
diuntungkan. Fenomena yang terjadi, guru-guru yang lain tidak berani protes
karena takut dengan atasannya (lebih baik diam, yang penting selamat).
Kenapa pedagang bisa masuk sekolah..?
Sudah menjadi rahasia umum, bagaimana caranya
pedagang bisa masuk di sekolah tentu perlu melewati jalan yang terjal. Langkah
untuk bisa masuk ke lembaga, maka pedagang harus bisa melewati beberapa pintu
gerbang. Setelah menemukan jalannya, maka mudahlah mereka masuk tanpa ada yang
bisa menghalang-halangi termasuk kepala sekolah dan komite sekolah.
Kalau sudah seperti ini, maka peran dewan komite
sekolah perlu dipertanyakan keberadaanya. Sebagai lembaga kontrol di sekolah
mestinya peran dewan komite sekolah berpihak kepada masyarakat. Namun
kenyataanya dilapangan bahwa dewan komite sekolah selalu meng-Amini pihak
sekolah. Amin...Amin…Amin…
0 Comments