Kegiatan di dalam kelas yang membosankan siswa
antara lain : mencatat, mendengarkan ceramah guru, mengerjakan soal-soal,
membaca buku dan mendengarkan kesombongan guru yang menceritakan kehebatan
dirinya serta melihat raut muka guru yang selalu cemberut dan marah.
Proses terjadinya transfer ilmu pengetahuan dari
guru ke siswa bisa berjalan optimal kalau suasana Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) di kelas menyenangkan. Beberapa factor yang bisa membuat siswa senang
belajar adalah : siswa senang dengan mata pelajaran, senang dengan guru pengajar,
siswa dalam keadaan sehat dan lingkungan belajar yang kondusif.
Berdasarkan hasil jajak pendapat bahwa yang paling disenangi adalah dalam KBM
perlu diselingi dengan humor-humor segar. Sehingga perasaan siswa dalam belajar
tidak selalu tegang dan suasana menjadi nyaman. Kalau perlu dalam KBM
dihentikan 3 – 5 menit untuk melakukan kegiatan-kegiatan di luar materi
pelajaran. Misalnya menyanyi bersama, berncanda, ngobrol atau makan-makanan
ringan.
Apakah semua guru bisa ber-humor ?
Tentunya tidak semua guru bisa ber-humor dan bercanda
dengan siswa. Tetapi yang terjadi di lapangan justru sebaliknya, guru selalu
marah-marah, suka menghukum siswa, menakut-nakuti siswa, bahkan mengeluarkan
kata-kata ancaman dan menjadikan siswa
rendah diri dan penakut. Sifat seorang guru yang merasa dirinya paling
pinter, akan membuat siswa menjadi tidak
simpatik. Karena, proses KBM yang baik
adalah dimana guru sebagai motivator,
guru sebagai mediator, guru sebagai nara
sumber dan guru sebagai teman belajar siswa. Dengan demikian Susana KBM benar-benar demokratis dan romatis.
Keterbatasan kemampuan seorang guru untuk membuat
susana kelas menjadi segar, kadang guru bercanda sampai melebihi batas-batas
norma. terkadang guru ber-humor dengan kata-kata yang mengarah ke hal-hal yang
bersifat porno, menghina salah satu siswa bahkan menceritakan hal-hal yang
bersifat pribadi. Kalau sudah demikian, siswa laki-laki bersorak-sorak sementara
siswa perempuan diam, senyum-senyum dan pura-pura tidak mendengar.
Apakah ber-humor di kelas mesti harus porno ?
Hasil wawancara pada sejumlah siswa di suatu
sekolah, bahwa humor yang paling disenangi siswa laki-laki adalah humor yang
mengarah ke porno. Sementara humor porno adalah humor yang paling mudah
dilakukan oleh seorang guru. Tetapi humor
porno ini tidak disenangi oleh sebagian besar siswa perempuan.
Dampak humor porno sangat tidak etis, tidak santun,
tidak senonoh dan merusak mental siswa. Karena siswa bisa ikut-ikutan berkata
porno tanpa ada rasa bersalah. Terbukti di suatu sekolah ada seorang guru yang
selalu ber-humor porno, akibatnya siswa laki-laki dan perempuan bebas berkata
porno, walau yang diajak bicara itu adalah seorang guru atau orang tua siswa
sendiri. Ketika di tegur, siswa tersebut menjawab bahwa kata-kata porno itu
berasal dari seorang guru yang diajarkan di depan kelasnya.
0 Comments